Definisi, Tipe, Profil, dan Latar Belakang Wirausaha
Definisi Wirausaha
Wirausaha adalah
seorang yang berani berusaha secara mandiri dengan mengerahkan segala sumber
daya dan upaya meliputi kepandaian mengenali produk baru, menentukan cara
produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya,
serta mengatur permodalan operasinya untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai
lebih tinggi.
Definisi Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah
kemampuan seorang manajer resiko (risk manager) dalam mengoptimalkan segala
sumber daya yang ada, baik itu materil, intelektual, waktu, dan kemampuan
kretivitasnya untuk menghasilkan suatu produk atau usaha yang berguna bagi
dirinya dan bagi orang lain.
Tipe Wirausaha
1.
Business Entrepreneur
Tipe paling mendasar dalam wirausaha adalah wirausaha bisnis, yaitu
wirausaha yang bergerak dalam bidang produksi barang dan jasa serta pemasarannya.
Perbedaan dari penguasaha biasa dan wirausahawan bisnis adalah bahwa penguasa
biasa menjalankan bisnis di bidang yang sudah lazim dengan produk yang lazim
pula, sedangkan wirausahawan bisnis membangun bisnisnya dari ide inovatifnya
sendiri, serta lebih fokus pada kualitas produk dan kepuasan pelanggan
ketimbang terlalu fokus pada laba.
2.
Creative Entrepreneur
Creative entrepreneur adalah orang yang bergerak di bidang
usaha menciptakan atau memanfaatkan pengetahuan dan informasi. Contohnya adalah
orang yang bergerak di bidang pembuatan film, iklan, video game, penerbitan
buku, musik, dan sebagainya. Dalam semua bidang tersebut, yang menjadi modal
utamanya adalah kreativitas dalam mencipta suuatu produk. Setiap produk yang
dihasilkan oleh creative entrepreneur merupakan produk yang unik dan karena itu
memiliki perjalanan hidupnya
masing-masing.
3.
Technopreneur
Technopreneur adalah seorang wirausahawan yang
menghasilkan kekayaan dengan cara memanfaatkan teknologi informasi yang pesat
berkembangerjalanan hidupnya masing-masing. Seorang technopreneur adalah
seorang yang berusaha memberikan layanan yang memberikan nilai tambah, rasa
gembira, atau ketagihan kepada mereka yang menikmati produknya.
4.
Social Entrepreneur
Social entrepreneur adalah seorang wirausahawan yang
bergerak di bidang usaha perbaikan kondisi-sosial, lingkungan, pendidikan, dan
ekonomi masyarakatnya. Social entrepreneur adalah seorang yang menjalankan
usahanya menciptakan perbaikan social melalui pasar.
Profil dan Latar Belakang Yasa Paramita
Singgih
Namanya Yasa Paramita Singgih lahir di
Bekasi 23 April 1995. Dia adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara, Prajna,
Viriya dan Yasa sendiri. Ayanya bernama Marga Singgih dan ibunya bernama Wanty
Sumarta. Ia lebih dikenal dengan sebutan Yasa Singgih. Dia dikenal sebagai
salah satu pengusaha muda dibawah 20 tahun. Ia lahir di keluarga sederhana
membuatnya selalu menghargai kerja keras. Yasa sukses menyelesaikan pendidikannya
SD Ananda dan SD Surya Dharma, lalu melanjutkan di sekolah menengah dan akhir
di SMA Regina Pacis Jakarta. Dia hanyalah anak biasa yang masih suka bermain
dan meminta uang jajan. Belum kuliah usahanya sudah kemana- mana. Semuanya
dimulai dari angka nol besar alias tanpa modal uang. Yang berbeda padanya
hanyalah kasih sayang keluarga. Dia tumbuh menjadi anak yang menginginkan
kebahagiaan orang tuanya dan itu semangatnya.
·
Usaha mandiri
Di kelas 3 SMP, dia melihat sang ayah
menderita sakit jantung, ayahnya Marga Singgih, memberikannya satu titik balik.
Ia pun mulai menjadi pembawa acara guna mencari uang jajan sendiri. Yasa tak
mau membebani kedua orang tuanya. Usaha pertamanya adalah melamar sebagai
Master of Ceremony, bekerja sebagai pembawa acara di sebuah pusat perbelanjaan.
Dalam seminggu ia menerima uang Rp.350.000 setiap kali tampil sehari.
Sehari setidaknya ada 3 kali tampil untuk
kesempatan berbeda bermodal nekat. Jujur saja Yasa tak pandai bercuap- cuap
menjadi pembawa acara. Apalagi saat itu dirinya masih berbaju putih- biru. Tak
cuma acara biasa tapi juga acara dewasa dibawakannya. Bukan usaha baik untuk
anak di usia 15 tahun kala itu. Tak jarang Yasa harus membawakan acara sebuah
merek rokok yang diperuntukan kalangan 18 tahun keatas. Tetapi itu semua ada
hikmahnya selain melatih mental. Itu juga mendorongnya memilih memulai bisnis
sendiri.
Selepas masuk SMA Regina Pacis, Jakarta,
barulah dimulai usahanya sendiri untuk mencari uang. Selepas kontrak sebagai
pembawa acara selesai, ia mulai berbisnis lampu hias warna- warni selama enam
bulan. Sebuah buku berjudul "the Power of Kepepet" karya Jaya
Setiabudi, membuatnya terbakar berbisnis mandiri. Kala itu Yasa langsung menghubungi
temanya yang memiliki usahan konveksi (milik ayahnya).
Singkat cerita ia menemui tiga orang yang
ahli aplikasi desain. Dia yang tidak bisa mendesain, mulai berguru selama 7 hari. Hasilnya, ia masih tidak bisa sama
sekali hingga hari terakhir desainnya harus dikirim. ia benar terdesak atau
kepepet dan memutuskan menggunakan Microsoft Word untuk mendesain. Akhirnya ia
pun mengirimkan sebuah desain yaitu gambar Ir. Soekarno. "Orang Indonesia
ada ratusan juta, masa 24 orang aja gak ada yang beli," ucapnya tertawa.
Setelah dua minggu kaosnya jadi, dia
segera menjual kaosnya dan hanya laku terjual 2 buah saja. Dari dua kaonya,
satu kaosnya dibeli oleh ibunya sendiri karena kasihan. Dan lucunya, dia merasa
semuanya menarik dan perasaan kepepet itu semakin jadi. Yasa lalu berlari ke
Tanah Abang, membeli selusin pakaian kaos hingga menghabiskan 4 juta. Dia harus
bersusah payah membawa kaos- kaos tersebut, melewati ribuan penjual dan pembeli
yang tumpah jadi satu.
Di rumah, dia benar- benar terkejut atas
keputusanya membeli banyak sekali barang. Ia harus memutar otak lagi untuk
menjualnya atau merugi besar- besaran. Beberapa kali menawarkan ditambah rasa
percaya diri, ia mulai menjual produknya tanpa ada marketing khusus atau brand
tersenidiri. Lama kelamaan, Yasa berhasil menutup modalnya dan mulai mencari
cara menjual produknya sendiri. Dua kali bisnis kaos yang bermodal kepepet,
Yasa mulai merencanakan bisnisnya secara matang- matang.
Dia membuka bisnis minuman yang diberi
nama "Ini Teh Kopi", sebuah usaha kedai menjual minuman kopi duren.
Usahanya tersebut bisa dibilang sukses besar ditambah dengan namanya yang
dikenal. Dari bisnis kaos, ia pernah diwawancarai oleh majalah entrepreneur
besar di Indonesia. Bisnis lainnya yaitu membuka toko online "Men's
Republic".
·
Bangkit bangkrut
Naik kelas dari sebelumnya cuma berjualan
produk milik orang lain. Kini, seorang Yasa Singgih adalah salah satu pengusaha
online sukses bersama Men's Republic. Mengambil pasar anak muda -pria pada
khususnya. Ini membawa namanya kian berkibar di berbagai media masa. Dulu
ketika berjualan kaos tanah abang yang ia miliki cuma BlackBerry sebagai modal.
Usahanya kala itu masih bermodal hutang tapi lama- lama bisa jadi modal.
Sebelumnya cuma ambil di Tanah Abang kini
punya merek sendiri. Di tahun 2012, ia menjajal berbisnis cafe, membuka sebuah
tempat nongkrong keci bernama Ini Teh Kopi. Di awalnya cukup berjalan apik
hingga bisa membuka cabang. Usaha pertamanya terletak di kawasan Kebun Jeruk,
selang enam bulan, Yasa membuka cabang di Mal Ambassador, Jakarta Selatan.
Semangat tinggi tak dibarengi perhitungan matang. Usahanya berkembang terlalu
cepat tapi hasilnya minus.
Bahkan uang dari bisnis kaos Men's
Republic terbawa- bawa. Usahanya resmi ditutup, kedua cafe -nya itu ditutup dan
juga habis modal tanpa sisa. Bangkrut Yasa Singgih bahkan ikut menghentikan
bisnis kaosnya. Dihitung- hitung Yasa merugi sampai 100 juta ketika dirinya
masih di bangku SMA. Disaat bersamaan, sekolah tengah mempersiapkan ujian
nasional, begitu pula dirinya yang sudah kelas 3 SMA. Makanya urusan rugi atau
membuka bisnis kaos kembali dihentikan dulu.
Untuk waktu itu semua urusan bisnis
dihentikan sementara waktu
Selepas UN, tepatnya di 2013, fokus Yasa
ada pada bisnis aneka produk buat pria. Ya, Men's Republic itu masih berdiri
dan belum dijajah rasa kapok, baginya kehilangan uang 100 juta tak membuatnya
kapok dan berhenti berbisnis kembali. Yasa bermodal nama mulai membangun bisnis
tanpa modal. Kali ini, ia bertemu dengan satu pabrik yang memberinya 250 pasang
sepatu. Itu diberikan untuk dijualkan dengan tenggat waktu selama dua bulan.
Kepepet membuat Yasa berpikir serius
bagaimana agar semuanya terjual. Dijualnya sepatu itu bermodal brand atau
mereknya. Menggunakan survei sebagai landasa, kali ini, Yasa tak mau bangkrut
kembali seperti yang dulu- dulu. Dia mendapati pembeli rata- rata Men's
Republic adalah umur 15 tahun- 25 tahun. Untuk itu pula ia menyesuaikan harga
produknya tak lebih dari Rp.500.000. Selain menjual sepatu ada pula produk lain
seperi jaket, sandal, bahkan pakaian dan celana dalam.
Kisaran harga dipatoknya ada pada angka
Rp.195.000- Rp.390.000 per- itam. Fokus Yasa cukup agar itu bisa terjual
melalui aneka branding lewat online. Total ada enam pabrik bekerja sama
dengannya di kawasan Bandung. Uniknya pabrik tempatnya bekerja sama tak cuma
membangun mereknya. Mereka juga bekerja sama dengan produk bermerek lain
seperti Yongki Komaladi dan Fladeo. Ia sendiri mencontoh para pemilik merek
tersebut.
"Merek-merek itu tak punya pabrik
sama sekali, tapi penjualannya luar biasa, kan? Saya mau terapkan hal yang sama
pada usaha saya," kata dia
Komentar
Posting Komentar